selasa, dini hari. sepiring nasi masih teronggok di hadapanku, tak kupedulikan karena keasyikanku mendalami dunia antah berantah yang baru saja kutemukan secara tidak sengaja. namun tiba-tiba Tuhan memunculkan raut wajahmu dihadapanku. raut wajah dengan ekspresimu yang selalu kusukai. dan aku terhenyak. keraguan mulai mengganggu jiwaku.
aku merenung, cukup lama. sembari memandang wajahmu. dan sejenak otakku berubah menjadi proyektor yang menampilkan kepingan-kepingan kecil yang pernah aku dan kamu lalui. tidak bisa dibilang sebagai kepingan-kepingan yang indah, sebenarnya, tetapi entah kenapa semua kepingan itu selalu disimpan oleh otakku dan tidak ingin ia lepaskan. lalu, aku pun teringat akan kesempatan ini. kesempatan terakhirku. tidak, aku tidak bisa. aku harus melepas kesempatan ini.
aku tau, kesempatan tidak datang dua kali. ya, aku sering dengar kalimat itu. tapi aku juga tau, aku dan kamu tidak ditakdirkan untuk dirangkai dalam satu kalimat yang sama.
sejenak, aku memikirkan kembali keputusanku untuk membuang kesempatan terakhirku. hatiku menyerukan ketidaksetujuannya akan sikapku. dia memberontak. mati-matian aku meredam pemberontakannya, dan menyuruhnya agar patuh pada perintahku. dalam pergulatanku melawan batinku sendiri, mendadak terdengar suara kecil, entah dari mana, yang berbisik di telingaku, “hey, apa kau yakin kalau dia bahkan kecewa padamu karena menyia-nyiakan kesempatan itu?”
dan tanpa diberitahupun, aku tau jawabnya. tidak, tentu saja tidak. aku bukan siapa-siapamu. dan tidak akan pernah jadi siapa-siapamu. aku sudah tau kodratku sebagai perempuan yang hanya bisa menyentuh wajahmu dalam jarak ‘sedekat’ ini.
selamat tidur, kamu. tidurlah yg nyenyak. matahari sudah menunggu untuk menyambutmu dengan senyum manisnya :)
No comments:
Post a Comment